Selamat Datang Pengunjung

Rabu, 24 September 2008

Pelayanan Bank Mandiri Cabang Medan Komplain Mandiri ExtraCare

Bank sekelas Bank Mandiri seharusnya memperhatikan benar-benar bahwa pelanggan adalah raja. Berikut ini ilustrasi saya mengenai pelayanan Bank Mandiri.
Komplain saya berhenti atas layanan Mandiri ExtraCare sebanyak dua kali tidak diperhatikan. Untuk yang pertama, oke masih dibayar. Tetapi untuk yang kedua kali saya tidak mau menyerah. Ancaman dari pihak Bank, bahwa akan timbul bunga bila tidak dibayar tidak saya gubris, karena saya masih memiliki bukti bahwa saya sudah berhenti, dan tagihan sempat stop satu kali, namun muncul kembali pada bulan berikutnya . Bila ternyata saya diblacklist dan datanya pun akan ada di Bank Indonesia, tentunya pihak Bank Indonesia bisa mempelajari contoh kasus-kasus sperti ini, bahwa Bank seringkali memaksakan kehendak mereka kepada nasabah kartu kredit mereka yang harus membayar tunggakan kartu kredit padahal kesalahan ada dipihak bank , naumun nasabah yang tetap harus menanggungnya. Wanti-wanti bahwa mereka nantinya diblacklist bila tidak membayar, merupakan senjata utama pihak Bank, khususnya Bank Mandiri.
Bank Mandiri bila dibandingkan dengan bank yang lainnya memang bersama dengan BCA merupakan pelopor sistem informasi. Sehingga banyak transaksi pembayaran online menggunakan Bank Mandiri sebagai bank plat merah yang sudah lama menerapkan transaksi online. Tetapi seiring dengan waktu Bank Mandiri layanan onlinenya sudah dapat disusul oleh bank pemerintah lainnya salah satunya adalah bank BNI. Jadi Bank Mandiri merasa merekalah satu-satunya bank pemerintah yang menerapkan online baik MBanking maupun Internet Banking, sudah tidak tepat lagi. Sudah terjadi kompetisi layanan. Keunggulan mereka ditransaksi online tidak menjadi hal yang istimewa lagi. Calon nasabah sudah memperhatikan bank-bank lain untuk membuka rekening karena sudah dilengkapi juga dengan transaksi online via Mbanking, SMS Banking dan Internet Banking.
Tabungan saya di Mandiri diisi pada waktu tertentu dalam rangka membayar segala hutang via pembayaran kartu kredit. Tetapi dengan kejadian ini saya dengan terpaksa harus menutup kartu kredit saya tersebut.
Petugas yang menangani saya, saya perhatian memang tidak resprek terhadap apa yang dinamakan layanan komplain. Dengan cepat mengambil kartu saya untuk segera dipotong didepan saya, seolah-olah saya yang butuh.
Apakah mereka ini tidak dibekali script didalam menjawab suatu komplain? Sepengetahuan saya seharusnya mereka ini dibekali script pelayanan, dan didalam bahasa pelayanan biasanya diungkapkan terlebih dulu kata-kata yang menenangkan hati pelanggan bukanlah kata-kata yang memojokkannya. Apakah mereka ini rekrutmentnya berdasarkan titipan. Sungguh ironis bila petugas ini berasal dari rekrutmen yang salah sasaran apalagi berasal dari titipan, dan terkadang mereka tidak memberikan tauladan yang baik. Biasanya dalam bekerja mereka ini seenak saja, toh bila ada yang salah, karyawan lain akan sungkan untuk menegurnya, walapun tidak semuanya melakukan hal yang demikian, masih banyak yang tetap menjaga kredibilitas orang-orang yang menjadi refrensinya. Untuk itu petugas layanan haruslah bebas dari orang-orang yang berasal dari titipan yang tidak memberikan tauladan yang baik kepada rekan-rekan lainnya.
Uneg-uneg penulis ini bukanlah maksud untuk mendiskreditkan, tetapi nyata-nyata betapa ruginya kita baik dari sisi waktu, maupun dari sisi lainnya, seperti emosi yang timbul, terkadang menghabiskan energi tubuh kita yang terkadang tidak dapat dihitung oleh uang. Kemudian kredibilitas saya sebagai nasabah yang baik tidak dihargai oleh mereka. Mereka telah mengabaikan kepatuhan saya membayar hutang. Saya pun siap bila nantinya ditagih oleh debt collector.
Masak kesalahan disistem Bank menjadi tanggung jawab dipihak konsumen. Apakah Bank tidak mau mengakui terjadinya kesalahan disistem mereka. Apakah pantang bagi mereka bilamana terdapat suatu kesalahan yang diketahui oleh konsumen, sehingga mereka berusaha menutup-nutupinya yang akhirnya nasabah seperti saya ini yang dikorbankan. Apakah benar sistem bank tidak boleh terlihat oleh pelanggan memiliki kesalahan? Mohon tanggapan dari sobat-sobat.

Kamis, 18 September 2008

Bis yang Terbaik untuk Perjalanan ke Arah Sumatera (LORENA, PELANGI, ALS)

Pembaca mungkin punya pengalaman tentang bis yang pelayanannya lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Bagaimana dengan Bis Lorena, menurut penulis pada saat perjalanan dari Bandung ke Palembang, persepsi bahwa bis tersebut terkenal cepat, suka ngebut sudah agak berbeda. Mereka memang tidak menaik-turunkan penumpang ditempat sembarangan, melainkan di loket resmi. Ya tau sendiri deh kalau diloket resmi pasti ada jadwal ngetemnya.

Kondisi bis lumayan baik, sopirnya tidak ugal-ugalan. Namun lebih terkesan slow. Kasihan kalau penumpangnya dari kaum berdasi/kantoran agaknya tidak begitu tertarik untuk menaikinya lagi. Coba bayangkan untuk ke Palembang menggunakan pesawat hanya 280 ribu naik lion, sedangkan harga tiket lorena dari Bandung ke Palembang 260 ribu. Bila dihitung semua biayanya, selisihnya hanya 50 ribu.

Karena bis akan melanjutkan kearah Pekanbaru, bis diupayakan kecepatannya sedikit melambat, sepertinya mereka memberikan space waktu agar tiba di palembang sekitar jam 9-10. Penulis merasakan kesan tersebut, kok kecepatannya terasa diperlambat.
Namun kesan umum terhadap bis Lorena, bila kita tidak terlalu terburu-buru bisa dijadikan pilihan bagi sobat-sobat.

Penulis naik ALS melanjutkan perjalanan menuju Medan. Bis yang terkenal dari Palembang ke arah Medan selain ALS adalah bis Pelangi. Kesan bis ALS dari Palembang adalah jorok, kalau hujan lantainya penuh air, penuh dengan asap. Berbeda sekali bila dari arah Jakarta atau Jawa. Kalau membawa bagasi, jangan lupa deh untuk dilapisi dengan plastik. Yang lebih parah adalah banyak yang tidak bertoilet. Apakah disengaja, biar pemilik loketnya dapat untung gede, harga tiketnya yang pakai toilet tetapi bisnya tidak bertoilet. Seharusnya selisihnya dikembalikan, kasihan deh kalau penumpang yang uangnya pas-pasan. Namun demikian bis ALS menurut penulis adalah bis yang handal, walaupun sudah tua penampilan interiornya, tetapi masih oke mesinnya. Jarang penulis mengalami kerusakan dijalan. Yang penulis tidak sukai adalah sopirnya rata-rata masih muda bila dari arah Palembang. Pas kemarin tanggal 14-16 September 2008, menemui sopir yang agak ugal-ugalan. Penulis sempat protes kok lambat sekali, banyak nyantainya kalau habis makan. Eh setelah itu malah membawa mobilnya tambah ugal-ugalan. Beberapa kali hampir menabrak. Tetapi sebelum penulis protes mereka umumnya bersifat kekeluargaan. Namun karena kekeluargaannya, jarang mereka menegur penumpang yang merokok sembarangan, apalagi posisinya didepan, sudah bau asap dari sopirnya, ditambah bau asap dari penumpang yang ada didepan.
ALS memang terkesan tarifnya agak murah. Mungkin kalau segmentasinya pas, misalnya harga tiket konsisten dengan kondisi bis, barangkali akan semakin banyak penumpang bis ALS. Tidak semua penumpang suka naik pesawat, namun terpaksa naik pesawat karena pelayanannya yang kurang memuaskan dari bis-bis yang ada. Seharusnya ada kelas khusus untuk service ke segmen ini, apalagi pada jalur-jalur yang ditempuh dibawah 15 jam . Namun jangan salah, penulis pernah naik bis ALS dari Jakarta 2-1 , wah nyamannya.

Mungkin bila ada sobat yang punya pengalaman dapat berbagi.

Info mudik 2008 Pulau Jawa dari Speedy & Telkomsel Siaga

Berikut penulis cuplik dari web site http://www.jakartacityview.com/peta_mudik.php, kalau tidak salah dari Speedy dan kalau dari Telkomsel Siaga video surveillance lewat video call dengan menekan 9119 di ponsel 3G. Mudah-mudahan infonya bermanfaat.

Rabu, 17 September 2008

Info Mudik 2008, Kondisi Jalan di Sumatera (Lampung,Sumsel, Jambi, Riau, Sumut)

Tanggal 13 September 2008, penulis melakukan perjalanan panjang dari Bandung menuju Palembang, istirahat 3 jam dilanjutkan menaiki bis ALS ke Medan.
Untuk jalan di tol Merak, penulis sedikit terkejut dikarenakan badan jalan yang dilapisi beton disana-sini mulai amblas. Apakah karena betonnya terlalu tipis, sehingga tidak mampu menampung beban kendaraan. Walaupun pondasi jalan kurang begitu bagus, tetapi bila didukung oleh lapisan beton yang tebal tentunya tidak menjadi masalah.
Dikapal penulis mulai menaiki ferry penyebarangan hitung-hitung nostalgia waktu masih menjadi mahasiswa. Kondisi pelabuhan mulai tampak semerawut. Didalam pelabuhan sudah banyak toko-toko semipermanen yang tampaknya merusak pemandangan pelabuhan yang dulu tampak rapi dan teratur.
Kurang lebih 2 jam dikapal, dipertengahan penulis masih dapat menggunakan Flexi Combo untuk berkomunikasi dengan istri di Medan. Mungkin karena sistemnya CDMA, sinyal masih dapat menjangkau sampai ke tengah selat Sunda.
Tiba dipelabuhan bakauhuni, tampaknya kiri-kanan jalan lebih ramai dengan rumah penduduk dibandingkan 5 tahun yang lalu. Berhenti sebentar di loket bis Lorena,setelah sebelumnya di merak sempak berbuka puasa, di loket ini walaupun berada dilokasi rumah makan, penulis ogah untuk makan malam kembali. Setelah istirahat sebentar, bis melanjutkan ke kota Palembang. Selama diperjalanan penulis terlelap, sepertinya jalan lintas timur dari Tulangbawang sampai ke Kayu Agung, jalannya sudah baik, dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun yang lalu. Hal ini berkat usaha pemda Sumsel maupun Lampung yang tiada hentinya memberikan lapisan beton dilokasi-lokasi jalan yang sering rusak. Mudah-mudahan langkah ini diikuti juga oleh pemda Propinsi daerah lainnya. Anekdot lintas timur via Palembang ke lampung biasanya sering rusak sudah tidak ada lagil. Memang biaya awalnya lebih tinggi, tetapi daya tahannya yang lelbih menguntungkan dari sisi pemeliharaannya. Mungkin filosofi yang harusnya dipegang oleh dinas PU yaitu kalau jalan bagus tidak akan ada lagi proyek adalah salah besar. Justru tetap akan muncul pekerjaan lain, misalnya yang tadinya sifatnya kuratif, anggaran akan diarahkan kearah preventif,misalnya pembuatan sisi jalan dengan pembatas beton agar sisi jalan tidak amblas, pembuatan drainase, penguatan sisi tebing dll.
Setelah tiba di kota Palembang, penulis suwon ke ortu, akhirnya melanjutkan kembali ke Medan. Kondisi jalan dari Palembang ke Jambi lumayan cukup baik. Namun demikian masih terdapat beberapa lobang. Mobil sedan masih bisa melaju dengan tenang. Di dekat bayulincir, terjadi kemacetan selama 7 jam karena, ada truk yang terguling. Mungkin terlalu berat membawa muatan sementara jalan agak bertebing.
Sampai diperbatasan Jambi, jalan masih mulus, tetapi mulai mendekati masuk ke propinsi Riau. kondisi jalan malah lebih parah dibandingkan mudik 2007. Mobil sedan akan kesulitan untuk melewati banyaknya lobang. Sungguh ironis untuk propinsi sekaya Riau, jalannya kupak-kapik. Kemana pemdanya, apa yang diurus mereka. Bila dibiarkan akan ada selentingan yang malah membahayakan keutuhan negara. Sempat terdengar komentar dari penumpang bis, kalau begitu yang merdeka saja, anggarannya dikemanakan. Pikir penulis yang salah bukan pemerintah pusat,tetapi pemerintah daerahnya.
Baru didaerah Rengat kondisi jalan sudah mulai membaik. Hari Senin Malam tiba di Pekanbaru, berharap besok pagi sudah sampai di medan, hitungan penulis dulunya bisa 10 jam atau 12 jam.
Akan tetapi mulai dari Duri sampai perbatasan Sumut jalan hancur total, sepertinya tidak ada sentuhan sama sekali dari Pemda Propinsinya. Mungkin setelah hancur dulu baru diperbaiki, mungkin pikir mereka biar jalannya padat dulu. Seharusnya mereka meniru pemda Lampung, Sumsel dan Jambi yang sudah memanfaatkan dana dengan baik. Mereka telah berkaca kalau mau mengumpulkan suara di Pilkada, jalan adalah hal yang utama untuk mendapatkan dukungan pemilih. Harusnya dibeton atau jalan dikeruk dulu sampai ke bagian tanah yang keras, kemudian diisi oleh batu-batu besar sebagai landasan. Hilangkan upaya menggunakan soil cemment, yaitu pengganti batu berupa tanah yang diberi campuran cement. Sudah terbukti di jalan lintas timur Palembang, jambi, hancur total, karena lapisan soil cemment-nya sudah dimasuki oleh air. Penulis menyadari telah terjadi kemajuan pesat di Propinsi Riau ini dengan melihat ramainya truk-truk berat, membawa muatan. Mungkin dipicu oleh kenaikan ekonomi dari sektor migas dan komoditas kelapa sawit.
Tiba diperbatasan Riau sampai dengan Kisaran jalan masih banyak yang berlobang. PR bagi gubernur baru yang pada saat pilkada menjanjikan perbaikan infrastruktur, untuk menggiatkan perekonomian rakyat. PDRB dapat ditingkatkan dengan adanya infrastruktur yang baik.
Akhirnya di hari Selasa jam 1 siang penulis sampai lah sudah di Kota Medan, sudah hampir seminggu ditinggalkan.
Demikian saja pengalaman penulis, mudah-mudahan menjadi acuan bagi para pemudik k earah Sumatera.

Jumat, 05 September 2008

Pengalaman Membeli Kulkas Episode Kedua

Masih penasaran dengan harga kulkas yang sudah dibeli. Sambil membeli susu, mampir dulu ke bagian elektronik di hy. sun Plaza Medan. Cari yang merk dan typenya sejenis. Lihat harganya wah kok lebih murah sedikit. Coba lihat lebih detil kedalamnya, eh baru ketahuan ternyata volumenya lebih kecil yaitu hanya 230 L dibandingkan dengan yang sudah dibeli 280 L.

Tadinya berpikir , barang yang dibeli kemahalan, terutama istri yang sudah kelihatan sewot. Maklumlah perempuan, 500 perakpun kalau kemahalan pasti ngomel. Setelah dijelaskan, barulah sedikit tersenyum.

Beriklan lewat Website Detik.com, Kompas.co.id, Republika, Popular-maz.co.id, Otomotif

Siapa diantara rekan-rekan yang tahu, berapa bayaran banner di website detik.com,Detik.com, Kompas.co.id, Republika, Popular-maz.co.id, Otomotif?